1.4.a.8 Koneksi antar Materi

 

1.4.a.8 Koneksi Antar Materi

Budaya Positif merupakan yang diimplementasikan dengan disiplin positif merupakan suatu cara penerapan disiplin tanpa kekerasan dan ancaman yang dalam praktiknya melibatkan komunikasi tentang perilaku yang efektif antara guru dan murid.Dalam penerapan disiplin positif ini, murid diajarkan untuk memahami perilaku mereka. Selain itu, disiplin positif juga mengajarkan anak tanggung jawab serta rasa hormat dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Jadi, disiplin positif merupakan salah satu cara penerapan disiplin yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran serta memberdayakan murid  untuk melakukan sesuatu tanpa keterpaksaan, ancaman, maupun hukuman.

Penerapan budaya positif dengan berkolaborasi antar personal dilingkungan sekolah. Sehingga budaya positif di sekolah tidaklah berdiri sendiri dalam menciptakan budaya ajar yang baik , terintegrasi dan mempengaruhi satu sama lain.

Tujuan mulia dari penerapan disiplin positif adalah agar terbentuk murid-murid yang berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung jawab, dan merupakan pemelajar sepanjang hayat sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan. 

Penerapan Budaya Positif dengan membangun motivasi murid yakni :

1.  Motivasi Instrinsik

Yaitu motif-motif yang berfungsi secara alami tanpa perlu rangsangan dari luar.. Hal ini dapat ditunjukkan dengan beberapa dorongan untuk mengetahui dan menyelidiki sesuatu yang belum diketahui secara jelas dan benar dan juga untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Selain itu bentuk motivasi internal dapat diwujudkan dalam bentuk keinginan untuk berafiliasi dengan orang lain dan selalu mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan yang dihadapinya.

2.  Motivasi Ekstrinsik

Yaitu motivasi-motivasi yang berfungsi karena ada perangsang dari luar. Dapat dijelaskan bahwa motivasi ekstrinsik dapat diwujudkan dalam bentuk ketika ada keinginan untuk mendapat pujian atau penghargaan dari teman, guru ataupun mendapat insentif yang berupa materi

Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas kita selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat memerdekakan dan memandirikan murid, bagaimana dan mengapa? Melalui serangkaian riset dan bersandar pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Orang Merasa Bersalah, Teman, Monitor (Pemantau) dan Manajer.

Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri.

Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada murid-murid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid kita memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai.

  Nilai – Nilai Kebajikan pada murid yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila  adalah :

o   Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia.

o   Mandiri

o   Bernalar Kritis

o   Berkebinekaan Global

o   Bergotong royong

o   Kreatif

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia:

  1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
    Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. Motivasi ini bersifat eksternal. 
  2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
    Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. Motivasi ini juga bersifat eksternal. 
  3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. 
    Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). 

Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna. Murid-murid pun demikian, mereka perlu mendengarkan dan memahami arti sesungguhnya tentang peraturan-peraturan yang diberikan, apa nilai-nilai kebajikan dibalik peraturan tersebut, apa tujuan utamanya, dan menjadi tidak tertarik, atau takut sehingga hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan-peraturan yang mengatur mereka tanpa memahami tujuan mulianya.

Untuk mencapai tujuan mulia tersebut kita harus memahami 5 Kebutuhan Dasar Manusia menurut Dr. William Glasser dalam “Choice Theory”

5 kebutuhan dasar manusia menurut William Glasser yaitu: penguasaan, cinta dan kasih sayang, kesenangan, kebebasan, dan bertahan hidup

Konsep 5 kebutuhan dasar manusia tidak hanya berlaku bagi anak-anak atau murid-murid, namun juga bagi manusia dewasa, dalam setting sekolah adalah para tenaga pendidik dan kependidikan menuju dunia yang berkualitas secara lahir dan batin.

Untuk masuk ke dunia berkualitas, syaratnya adalah bahwa sesuatu itu harus terasa sangat baik bagi kita dan memenuhi setidaknya satu atau lebih kebutuhan dasar. Dalam menentukan segala sesuatu yang masuk dalam dunia berkualitas, tidak perlu kita terlalu mempertimbangkan standar masyarakat tentang apa saja yang penting dan yang tidak. Gambaran dunia berkualitas adalah unik dan spesifik untuk setiap orang. Jika kita bisa hidup di dunia berkualitas, hidup akan sempurna buat kita.

Disini saya akan membawa perubahan dengan cara menerapkan budaya positif dilingkungan sekolah yang akan berdampak pada murid.Sehingga membawa pada sebuah perubahan menuju murid yang mempunyai profil pelajar Pancasila.Saya tuntun mereka sesuai bakat dan minatnya dan pada akhirnya mereka menjadi murid yang sesuai dengan harapan kita yakni student well being.

 

Comments

Popular posts from this blog

POSTUR PEMBINA